Senin, 09 November 2015
3G di Kao Barat
Minggu, 23 Agustus 2015
Tragedi di Bandara
Sultan Babullah Ternate. Akhirnya pesawat milik Garuda Indonesia landing juga di bandara kecintaan Ternate ini setelah sebagian besar kaum 'the first time' menderita sakit telinga yang begitu menyerikan di dalam pesawat akibat perubahan tekanan udara. Padahal trik untuk mengatasi sakit telinga ini hanya dengan menutup hidung saat mulai menaiki pesawat *info menurut teman setelah bercengkerama mengenai tragedi sakit telinga yang terjadi di pesawat tadi.
Senyum semangat mulai mengudara di tanah yang masyarakat mayoritas Islam ini. Bangga, pastinya. Tak pernah terbayangkan kalau tubuh yang sempat kurus ini bisa berdiri sebagai peserta 'Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal' di salah satu daerah bersejarah di Indonesia ini.
Perjalanan kami tidak terhenti di Ternate. Untuk menuju ke Halmahera Utara, harus menggunakan Speed Boat yang kurang lebih memakan waktu 45 menit. Dan untuk mencapai labuhan Speed Boat tersebut, para 'the first time' harus menempuh perjalanan darat sekitar 15 menit.
Ups, tunggu dulu. Sebelum menuju perjalanan darat menuju labuhan Speed Boat, ada cerita menarik yang menimpa salah satu peserta SM-3T di dalam bandara waktu pengambilan barang di bagasi. Setelah menunggu sekian menit barang yang berjalan tersebut, ternyata Tas Career yang berisi baju-baju selama setahun di rantauan HILANG alias tas tersebut tak ada di antrian trotoar barang berjalan tersebut. HaHaHa... Yang lebih lucunya lagi, pemilik tas itu adalah saya sendiri. WkWkWk...
Mengecek keseluruhan barang ke sana kemari, ternyata barangnya tidak ada juga. Pihak bandara tak percaya akan kejadian ini dan menyuruh kembali mengecek barang ke singgah sana. Hasilnya sama. Aku pun galau tak terhingga, sampai-sampai mata-mata kasian mengarah kepadaku. Aku semakin galau dan tertekan oleh kumpulan sepasang mata tersebut. Aku tak membutuhkan itu. Aku hanya butuh Doraemon yang mungkin akan dikirimkan Allah kepadaku melihat nasib hambaNya yang begitu kasihan. Dimana Doraemon, dimana??? Aku butuh alat-alat canggih tidak masuk akalmu. Di sinu manusia hanya bisa bertanya dan menatap kasihan, tak ada yang bisa dikeluarkan dari kantongnya selain permen yang selama beberapa jam menetap pengap di dalam kantongnya.
Akupun dibawa ke sebuah ruangan untuk dimintai keterangan. Dasar Korkab (Kordinator Kabupaten) yang sangat bertanggung jawab. Ia pun mendampingi di dalam ruangan. Hati lega disertai kepala yang hampir membludak ria oleh bayang-bayang tas yang tak kunjung ketahuan keberadaannya meski waktu telah berlangsung beberapa menit.
Tak jua mendapat info, pihak bandara mempersilahkan kami untuk melanjutkan perjalanan darat dan akan memberikan info tentang keberadaan tas secepatnya melalui telepon seluler atau handphone atau yang lebih akrab disebut HP atau yang dalam Kamus Bahasa Besar Indonesia yang baik dan benar berarti Telepon Genggam, paling lambat 2 minggu. Namun pihak bandara akan bekerja maksimal untuk menginfokan dalam 3 hari ini.
Aku dan sang Korkab yang sangat bertanggung jawab ini pun berjalan menuju mobil yang telah menunggu di depan bandara untuk menuju labuhan Speed Boat menuju pulau seberang, yaitu Pelabuhan Sofifi, Halmahera Utara.
Selama perjalanan di Ternate, kami sangat menikmati pemandangan sana sini dari jendela mobil yang terbuka lebar. Bersih dan mulus. Kondisi kotanya sangat teratur dan rindang. Malah jalanannya lebih mulus dari kota sebesar dan seberkembang Makassar. Hanya mungkin cuaca panasnya sebelas dua belas dengan Makassar.
Kurang lebih 15 menit berlalu. Teman-teman dan barang-barang telah sampai duluan di labuhan Speed Boat. Aku pun turun dari mobil dan menjadi pusat perhatian oleh teman-teman yang menatap kasihan. Aku berusaha menjadi ceria oleh kondisi yang sangat memprihatinkan ini. Aku harus berusaha seceria mungkin. Aku tak tahan dengan tatapan yang sangat menekan ini.
Tak lama bercengkerama dengan teman-teman di tepi labuhan, ada orang yang dari LSM mengajak kami makan di sekitar labuhan. Ada banyak tempat makan di sini. Kami pun tak ragu akan suguhan warung makan di sini oleh sebab masyarakat di Ternate mayoritas Islam.
Di warung makan, teman-teman masih menaruh hilangnya tas sebagai trending topic terhangat. Aku hanya menjawab seadanya disertai sedikit tawa paksa untuk menyembunyikan rasa galau yang teramat besar. Meski dalam hati mengatakan, "Hentikan semua ini, PLEASE!!!"
Acara makannya telah usai. Seorang dari LSM itupun memanggil untuk menuju Speed Boat yang telah dipersiapkan. Speed Boatnya tak seperti dibayangan. Pakai atap dan dalamnya lumayan luas dan memanjang daripada Speed Boat yang berada di tepian laut di Makassar menuju Pulau Samalona. Kami dengan perut kekenyangan menyambut riang tanpa keluhan apapun. Pikiran galau mengenai tas itupun mulai terkikis sudah oleh serunya perjalanan menggunakan Speed Boat ini.
Jumat, 21 Agustus 2015
Take Off
Mungkin kalian telah berpikir kalau saya telah mengambil trik salau satu personel 3 Idiots untuk melarikan diri dari pesawat dengan cara pura-pura sakaratul maut di pesawat. Sayangnya, itu tak jadi terjadi. And it's gonna be my first flight.
Perjalanan dilanjutkan setelah sholat subuh berjamaah di bandara yang berlangsung 2 sesi oleh karena kapasitas mushollanya tak bisa memuat jumlah jemaah yang sebagian besar (atau mungkin semuanya) yang akan melakukan perjalanan udara hidup dan tiiiiiiiiiit............
Info pemberangkatan telah berdengung di singgah sana. Pemberangkatan ke Halmahera sudah diarahkan menuju pemeriksaan data diri dan kemudian menuju pesawat. Ternyata step by step menuju pesawatnya tak seperti prosedur menuju kapal laut di Pelabuhan Soekarno-Hatta. Setelah menuruni tangga, mobil mirip busway telah menanti di bawah untuk diantar menuju pesawat. That's so cool. Pelayanan dan tempat yang begitu menakjubkan.
Pesawat Garuda Indonesia yang digunakan berukuran tidak terlalu besar. Namanya Garuda Indonesia Explore Jet. Hanya ada 2 baris seat yang dimana tiap barisnya terdiri dari 2 seat per line nya. Cabinnya pun tak terlalu besar. Muatlah untuk menampung Jansportku.
Galau masih mendera. Sementara p*nt*t sudah terbaring siap di kursi pesawat, tepat di depan jendela. Seharusnya ini menjadi amazing moment. Tapi karena masih galau akibat adegan dramatis sebelum masuk ke dalam bandara, moment amazingnya berkurang sekian persen.
Tibalah saatnya Take Off. Pertama-tama pesawat jalan dulu sepersekian meter, dan kemudian melanjutkan aksinya untuk menerbangkan diri ke angkasa luas yang megah. Moment Take Off menjadikan galau sudah tak ada artinya lagi. Planning melarikan dirinya telah pupus di telan Bumi. Dan saatnya hati mulai dipermantap tajam sembari mengatakan 'Welcome me North Halmahera".
Kamis, 20 Agustus 2015
Pemberangkatan @ Hasanuddin Airport
Semua masih belum terlambat. Masih ada waktu untuk melarikan diri sebelum kaki menapak pada isi lambung pesawat. Ya, aku dan 29 lainnya masih bersandar pada ruang tunggu bandara.
Kegiatan dramatis yang berlangsung begitu syahdu, masih mengiang di telinga. Sulit rasanya meninggalkan makhluk-makhluk hidup itu yang telah berjasa dalam proses pendewasaanku secara fisik. Terutama Mama... Harus kuakui, aku telah 24 dan masih berlindung pada ketiak Mama. Beliau makhluk yang sulit aku lepaskan.
Senin, 03 Agustus 2015
Prakondisi Akademik SM-3T UNM Angkatan V
Dijadikan salah satu dari sekian ratus peserta SM-3T UNM Angkatan V memang merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Dihadapkan pada gabungan orang-orang terpilih dari sekian ribu pendaftar, di otak hanya bisa berkumat-kamit "WOW". Ini sudah jalannya. Serta kembali membuktikan kalau harapan dan mimpi itu tak hanya tersirat dalam cerita fiksi belaka yang menjanjikan ribuan kehidupan yang indah. Tentunya 'Kehidupan Yang Indah' yang masih abu-abu.
Sepertinya keluarga, intinya Mache Pache telah merelakan anak yang mungkin 'dulu' blo'on ini untuk menjejaki dunia-dunia yang modernisasi masih menjadi angan-angan di sana. Daerah-daerah yang dijuluki 3T oleh pemerintah oleh karena tidak tersebar meratanya fasilitas pendidikan yang sekarang banyak dinikmati oleh masyarakat perkotaan. 3T itu sendiri maksudnya 'Terdepan, Terluar, dan Tertinggal'.
Setelah melewati beberapa seleksi yang membuat spot jantung masing-masing individunya, Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di tahap seleksi 'Prakondisi Akademik'. Selama Prakondisi Akademik ini, kami diasramakan di Wisma 2 UNM selama 10 hari sembari mengikuti pembekalan dan pelatihan bagaimana cara menjadi pendidik di daerah 3T tersebut. Sebagian besar kegiatannya berlangsung di gedung kebanggaan SulSel dan UNM pada khususnya, Phinisi. Phinisi sendiri berhadapan langsung dengan Wisma 2 UNM, jadi tak ada acara pakai bis segala untuk menuju ke sana.
Barang yang dibawa ke Wisma 2 UNM lumayan padat juga. Syukur, ada Mache, Adek, dan anak angkatku 'hehehe' Syakur yang mengantar. Meski mereka hanya mengantar hingga ke halaman wisma dan barang kembali di genggaman untuk dibawa ke dalam wisma.
Registrasi pun berlangsung. Antusias 200-an lebih peserta tercium hingga ke paru-paru. Wajah-wajah bangga mereka terlihat begitu licik telah menyingkirkan ribuan pendaftar yang tidak lulus. Hahahaha. Sorry, itu hanya pikiran negatifku saja yang suka muncul tiba-tiba kalau lagi datang bulan.
Tibalah giliranku untuk registrasi setelah melewati ranjau-ranjau ganas di sekitar. Sekalian
102. Nomor kamar dari proses registrasi tadi. Gambaran kamarnya telah terbayang sebelumnya sebelum pengumuman kelulusan itu diluncurkan. Tempat tidurnya bertingkat dan ada mungkin sekitaran 2 rangkap tempat tidur untuk 4 orang dalam satu kamar. Dan.......................................... gambaran dari bayangan tersebut SALAH TOTAL.
Saya adalah orang pertama yang memasuki kamar ini. Kamarnya terdiri dari 9 kasur spring bed yang dibiarkan terlentang tanpa dihiasi embel-embel tempat tidur seperti layaknya di sinetron-sinetron, ada satu lemari pakaian yang keliatannya baru atau baru dican, satu stand jemuran, 2 tali jemuran, 2 lampu, dan AC. WHAT... AC!!!. Wow, that sounds VIP Room untuk program yang sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah ini. Bayangan bahwa kita nantinya akan berpanas-panasan ria di dalam kamar juga SALAH TOTAL oleh kehadiran AC yang kelihatan mewah itu.
Tak memakan waktu lama, muncullah orang-orang baru yang akan menjadi teman sekamar selama 10 hari ke depan. Ya, 10 orang dengan kondisi 10 spring bed yang sengaja dirapat-rapatkan untuk memenuhi anggota lain kalau-kalau ada kuota lebih. Kami pun mulai berkenalan, meski pada saat ini nama-nama sebagian besar hilang di otak. Biarlah, nanti juga bakal tau sendiri. Keakraban mulai dijalin di hari pertama saat itu. Dari menanyakan alumni kampus mana, hingga